PERTANYAKAN MORALITAS KETUHANAN LAFADZ "MAHA" PADA "MAHASISWA"


Secara umum kata "mahasiswa" digunakan sebagai sebutan untuk pelajar di sebuah universitas atau perguruan tinggi, sedangkan kata "siswa" digunakan sebagai sebutan untuk pelajar pada tingkat di bawah universitas atau perguruan tinggi. Namun uniknya, penamaan seperti ini hanya terdapat di Indonesia, sedangkan di luar negeri, khususnya dalam bahasa Inggris, "siswa" pada semua tingkat pendidikan disebut dengan student, dan tidak dinamai dengan super student atau ultra student. Padahal lafadz "Maha" biasanya disandingkan dengan nama-nama Tuhan, misalnya: Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, dsb.

Hal inilah yang seringkali menimbulkan pertanyaan dalam benak kita;


  1. Mengapa siswa di universitas mesti dinamai "mahasiswa" ?

  2. Kenapa tidak "siswa" saja, sebagaimana umumnya pelajar di luar negeri ?

  3. Pantaskah penambahan lafadz "maha" itu ?

  4. Tidakkah penambahan lafadz "maha" itu berarti telah menerjang ranah Tuhan ?

  5. Tidak takut kualat kah ?

  6. Apakah itu berarti kita akan menjadi manusia-manusia yang tidak beradab, tidak berakhlak dan tidak bermoral pada Tuhan ?

  7. Sehebat apakah mahasiswa, sehingga titel "maha" pun disematkan padanya ?

  8. dan pertanyaan yang semisalnya.. :x


Tentu saja tidak mudah untuk menjawab semua pertanyaan tadi. Di berbagai situs yang menjadi referensi saya, tak satupun yang memberikan jawaban yang pas dan memuaskan (khususnya bagi saya pribadi :) ), terutama tentang kata "mengapa" yang seharusnya dijawab dengan kata "karena". Diantara situs-situs tersebut antara lain:


kamaluddin.netau.net/files/siswavsmahasiswa.pdf
Lain halnya dengan pengertian mahasiswa. Menurut bahasa, kata mahasiswa berasal dari dua kata, yakni maha dan siswa. Maha berarti tinggi, sedangkan siswa berarti pelajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang telah terdaftar di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Jadi, secara istilah dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual dan moral yang dapat digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sosial.


http://www.thewicaksonos.info/mahasiswa-maha-siswa-2.html
Sebenarnya seperti tertulis di judul artikel ini, mahasiswa sama dengan maha+siswa. Siswa pada tingkatan yang lebih tinggi atau lebih besar. Jika selama lebih dari sepuluh tahun mereka telah menjadi siswa dengan pengaturan dan monitor yang ketat dari guru dan orang tua, maka ketika tiba di perguruan tinggi mereka telah disebut maha+siswa. Sebutan ini bagi saya mengandung makna yang khusus.. Mahasiswa berarti siswa yang telah saatnya mampu untuk mengatur, mengelola dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Mahasiswa juga berarti siswa yang telah mampu berpikir mengenai alasan mengapa dia mengambil program studi tertentu di perguruan tinggi. Mahasiswa juga adalah mereka yang telah mampu memikirkan langkah-langkah yang perlu diambil dalam hidupnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh mahasiswa itu sendiri.

Menurut saya pribadi, penjelasan yang diuraikan dalam 2 (dua) situs di atas tidak mampu memuaskan uneg-uneg saya selama ini. Dan jawaban yang umum seperti itu, saya rasa sudah kita pahami sejak awal kita masuk ke universitas atau perguruan tinggi. Namun tetap saja, pertanyaan "mengapa harus maha ?" tidak terjawab dengan kata "karena"..


Sebelum kita lanjut, saya sekedar mengingatkan, bahwa kata/lafadz "maha" tidak selalu disandingkan dengan nama-nama Tuhan, misalnya seperti ini:


  • mahabintang = sebutan untuk orang yang terkenal karena prestasinya

  • mahadewi = sebutan untuk seorang putri atau permaisuri/istri raja

  • mahaguru = sebutan untuk guru besar (guru di universitas)

  • mahamenteri = sebutan untuk kepala menteri

  • mahapatih = sebutan untuk patih tertinggi

  • mahaduta = sebutan untuk duta besar

  • maharani = sebutan untuk ratu/raja perempuan

  • mahakarya = sebutan untuk karya besar atau karya yang gemilang


Dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), kata "maha" tergolong dalam bahasan "KATA TURUNAN". Sekilas aturan penulisan "maha" menurut EYD  (lihat pada kalimat yang saya highlight kuning) :

II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:

Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan

1.     a.     Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:

berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani

b.     Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:

mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall

2.     Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:

bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan

3.     Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:

dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban

4.     Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu

ditulis serangkai.
Misalnya:

adipati     dwiwarna     paripurna
aerodinamika     ekawarna     poligami
antarkota     ekstrakurikuler     pramuniaga
antibiotik     infrastruktur     prasangka
anumerta     inkonvensional     purnawirawan
audiogram     kosponsor     saptakrida
awahama     mahasiswa     semiprofesional
bikarbonat     mancanegara     subseksi
biokimia     monoteisme     swadaya
caturtunggal     multilateral     telepon
dasawarsa     narapidana     transmigrasi
dekameter     nonkolaborasi     tritunggal
demoralisasi     pascasarjana     ultramodern

Catatan:
(1)     Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:

non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat

(2)     Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.

(3)     Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

(4)     Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:

Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.

(5)     Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:

taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan
Sekarang, saatnya kita mengkaji makna "mahasiswa". Awalnya saya hendak mengkaji makna "mahasiswa" berdasarkan sejarah dan asal-usul pemakaian kata mahasiswa dan perumusannya, namun saya urungkan niat saya dan sebagaimana situs-situs yang lain, kita pun akan mengkaji makna secara bahasa. Mengapa ? mungkin memang menyelidiki sejarah siapakah penemu pertama istilah "mahasiswa", kapan ditemukannya, kapan dirumuskannya, bagaimana cara dirumuskannya kata itu, amatlah sangat penting dan membantu, sehingga uneg-uneg kitapun akan segera terobati. Tapi perlu diingat, melakukan penyelidikan seperti itu memerlukan pengetahuan sejarah yang mendalam, pengalaman/wawasan yang luas dan waktu yang ekstra, serta tenaga yang ahli di bidang itu, sedangkan saya tidak sedikitpun memenuhi persyaratan tersebut :( . Oleh karena itu kita kesampingkan masalah sejarah, kita kembali ke masalah bahasa saja :) .

Di sini kita akan membahasnya dalam format yang sedikit berbeda. Jika KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengartikan mahasiswa sebagai :
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) software versi 1.3
maha- = bentuk terikat 1) sangat; amat; teramat: mahabesar; mahamulia; 2) besar: mahaguru; mahasiswa


siswa n (noun = kata benda) = murid (terutama pd tingkat sekolah dasar dan menengah); pelajar: -- SMU

mahasiswa n (noun = kata benda) = orang yg belajar di perguruan tinggi;

ke·ma·ha·sis·wa·an n (noun = kata benda) = seluk-beluk mahasiswa; yg bersangkutan dng mahasiswa: contoh dlm kalimat: kuliah kerja nyata (KKN) tidak dapat dipisahkan dr kegiatan -

Maka kita akan mengartikannya dengan makna yang lain.
Maha = sebutan bagi sesuatu yang tidak terputus dan terus-menerus bagi yang disifati.
Siswa = sebutan bagi penuntut ilmu
Sehingga, mahasiswa = penuntut ilmu yang terus-menerus dan tidak pernah terputus, tidak terhenti,
atau terus menerus menuntut ilmu, tidak henti-hentinya menuntut ilmu.
Dalam bahasa yang mudah, mahasiswa = belajar terus-menerus.

Makna tersebut juga cocok dan pas jika diterapkan pada nama-nama Tuhan, contoh:
Maha Pengasih = Sifat kasih yang tidak pernah putus dan terus-menerus, alias tidak terbatas.
Maha Penyabar = Sifat sabar yang tidak pernah putus dan terus menerus, selama-lamanya sabar.
dsb..
Selama sang pemilik sifat ada, maka kemahaanpun tetap berlaku, sedang kita tahu bahwa Tuhan itu kekal, sehingga sifat kemahaan-NYA pun abadi selamanya.

Dari sini, tampak bahwa kata "maha" memiliki 2 (dua) arti yang pokok, dengan penggunaan yang berlainan, yakni:
01. Maha berarti TINGGI (semakna dengan tinggi adalah: hebat, besar, ketua dll)
Contoh maha dalam arti ini adalah : mahakarya, mahaguru, mahamenteri dsb. (sebagaimana yang telah disebutkan di atas)

02. Maha berarti TERUS-MENERUS (semakna dengan terus-menerus adalah: tak terputus, berkekalan (khusus untuk lafadz ketuhanan), tak terbatas (khusus lafadz ketuhann), kontinyu, istiqomah dsb.)
Contoh maha dalam arti ini adalah : mahasiswa, Maha Esa, Mahakuasa, Maha Pengasih dsb

Mungkin dengan kesimpulan kita tadi, sebagian dari Anda ada yang protes :D , kenapa diartikan 2 (dua) ?? apakah sekedar untuk mengepaskan makna ?? :(
Jawab: TIDAK, sekali-kali tidak.
Selain "maha", banyak sekali kata yang mempunyai arti 2 (dua) bahkan lebih dari 2 (dua). Yakni pada kata-kata yang termasuk homonim. Saya rasa kita semua sudah paham apa itu homonim :) . Berikut contoh pasangan kata yang termasuk homonim:































































a.bisa: dapat
bisa: racun
b.buku: ruas
buku: kitab
c.salak: nama buah
salak: bunyi gonggongan anjing
c.bulan: waktu 30 hari
bulan: nama satelit bumi
d.genting: gawat
genting: benda penutup atap rumah
e.malam: nama waktu lawannya siang
malam: nama zat bahan membatik

dan sebagainya.. :p
Setelah kita ketahui makna "maha" dan "siswa", maka sekarang mari kita jawab satu-persatu pertanyaan yang tadi kita singgung di atas.

01. Mengapa siswa di universitas mesti dinamai "mahasiswa" ?

Jawab:
Karena frekuensi para pelajar (di perguruan tinggi / universitas yang menyandang sebutan mahasiswa) dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, tiada henti-hentinya, terus-menerus. Tanpa perlu disuruh, tanpa harus diperintah, meski tidak sedang akan ujian. Ilmu apapun dan di manapun, asalkan bermanfaat dan bernilai positif. (gk sulit kan jadi mahasiswa sejati :) )

02. Kenapa tidak "siswa" saja, sebagaimana umumnya pelajar di luar negeri ?

Jawab:
Karena kita rakyat Indonesia, kita memiliki budaya dan aturan sendiri, tidakkah kita bangga menjadi rakyat Indonesia ? :)

03. Pantaskah penambahan lafadz "maha" itu ?

Jawab:
Pantas bahkan sangat pantas. Mengapa pantas ? karena kata "maha" dapat berfungsi sebagai motivator, yang memotivasi pelajar dalam menuntut ilmu. Bukankah tanpa motivasi, seseorang akan lemas, tidak bergairah, tak berdaya dan lumpuh ??

04. Tidakkah penambahan lafadz "maha" itu berarti telah menerjang ranah Tuhan ?

Jawab:
Tidak, lafadz "maha" pada mahasiswa tidak menerjang/melanggar ranah/wilayah Tuhan. Mengapa ? karena ada perbedaan yang mendasar antara "maha" yang disandingkan dengan "siswa" dan "maha" yang disandingkan dengan nama-nama atau sifat-sifat Tuhan. Lihat kembali penjelasan di atas, yang mana "maha" memiliki 2 (dua) arti.

Tambahan, jika "maha" bersanding dengan sifat/nama ketuhanan, maka "maha" berlaku kekal, tak terbatas dan abadi, mengapa ? karena Tuhan sendiri adalah abadi. Ingat kalimat ini :


Selama sang pemilik sifat ada, maka kemahaanpun tetap berlaku, sedang kita tahu bahwa Tuhan itu kekal, sehingga sifat kemahaan-NYA pun abadi selamanya.

Jika "maha" bersanding dengan mahasiswa, maka bersifat terbatas dan sementara, yakni selama mahasiswa tersebut menjadi pelajar di perguruan tinggi atau universitas. Setelah seorang mahasiswa lulus dari perguruan tinggi atau universitas, maka dia bukan lagi mahasiswa, meskipun hal ini tidak berarti bahwa mereka tidak lagi wajib belajar. Cuma penekanan kewajiban belajar tidak sekuat saat menjadi mahasiswa. Intinya mereka harus tetap belajar meski tidak berstatus mahasiswa, bukankah belajar tidak hanya tugas mahasiswa ?

05. Tidak takut kualat kah ?

Jawab:
Karena tidak menerjang ranah/wilayah Tuhan, maka insyaAlloh kita tidak akan kualat.
06. Apakah itu berarti kita akan menjadi manusia-manusia yang tidak beradab, tidak berakhlak dan tidak bermoral pada Tuhan ?

Jawab:
Tidak, karena Keagungan Tuhan, Kekuatan Tuhan, Kehebatan Tuhan tidak akan dapat dilukiskan hanya dengan lafadz "maha". DIA lebih dari sekedar "maha", bahkan jika segala yang "maha" yang berada di alam ini dikumpulkan, tetap tidak akan mampu menyamai apalagi menandingi Keagungan-NYA.

Mungkin Anda bertanya lagi, jika lafadz "maha" tidak mampu melukiskan hakikat Kemahaan Tuhan, mengapa masih saja kita menyebut DIA dengan maha ??

Jawab:
Karena kita hanya manusia dan makhluk yang biasa dan lemah jika disejajarkan dengan DIA. Lafadz "Maha" adalah kata terdahsyat yang mampu dan yang kita punya untuk memuji-NYA.

07. Sehebat apakah mahasiswa, sehingga titel "maha" pun disematkan padanya ?
Jawab:
Sehebat arti dan makna "maha" pada mahasiswa (bukan pada lafadz ketuhanan) dalam arti yang sebenarnya. Dan ini sangat relatif, jika seorang mampu memaksimalkan ke-mahasiswaan-nya, tentu saja dia akan menjadi pelajar yang berilmu, berwawasan luas dan hebat.

Sehingga bukan "Sehebat apakah mahasiswa, sehingga titel "maha" pun disematkan padanya ?" yang harus kita tanyakan, tetapi pertanyaan kita seharusnya adalah "Sejauh manakah titel mahasiswa mampu memotivasi kita untuk menjadi hebat ?"

Terakhir, sebagai mahasiswa jangan hanya puas tatkala kita disebut sebagai :

  • Mahasiswa kupu-kupu (gk perlu ditambah malam :) ), yakni kuliah-pulang, kuliah-pulang, seolah-olah kuliah adalah rutinitas biasa seperti di SMA.

  • Mahasiswa kura-kura, yakni kuliah-rapat, kuliah-rapat, seolah-olah mahasiswa adalah aktivis yang selalu rapat, kemudian demonstrasi-demonstrasi di tengah jalan dan bikin lalulintas mancet.

  • Mahasiswa kuda-kuda, yakni kuliah-dagang, kuliah-dagang, seolah-olah yang dipikirkan mahasiswa adalah cuman bisnis dan uang saja.


Ketiga sebutan tersebut tidaklah buruk, asal kita sebagai mahasiswa mampu mensinergikan ketiganya, sehingga menjadi paduan yang apik, berimbang dan harmonis. Dengan demikian kita pantas menyandang sebutan mahasiswa.

Ingat !!
Bukan "Sehebat apakah mahasiswa, sehingga titel "maha" pun disematkan padanya ?" yang harus kita tanyakan, tetapi pertanyaan kita seharusnya adalah:

"Sejauh manakah titel mahasiswa mampu memotivasi kita untuk menjadi hebat ?"

Hidup mahasiswa !!

3 komentar:

  1. Ade Malsasa Akbar4 Maret 2012 pukul 17.50

    Assalamu'alaikum, Saudaraku. Semoga hidayah Allah diberikan kepada kita semua.

    BalasHapus
  2. Wa'alaikum salam.. saudara ku..Semoga kepadamu juga saudaraku..

    BalasHapus
  3. Artikel yang sangat bermanfaat.
    saya juga sedang mencari tahu asal usul penggunaan Kata Mahasiswa. namun seperti yang saudara bilang sangat sulit sekali menemukan referensi yang memadai.

    penjelasan saudara dari sisi bahasa setidaknya sudah menjawab sebagian pertanyaan saya. terimakasih :)

    BalasHapus