PERTARUNGAN SAYA DENGAN AYAM SAKTI

 Abu Fahd

Ayam…itulah penyebab ana dahulu keluar dari aliran kebatinan dan ilmu kebal. Ketika ana bangga dengan apa yang ana miliki, yaitu ilmu kebal (tidak mempan dibacok, disiram air keras, dibakar api,dsb), punya ilmu sihir atau ajian (yang katanya karomah) dan bisa melakukan apa saja yang kita inginkan, serta punya bodyguard dari jenis setan (yang katanya khodam/pembantu dari makhluk ghaib). Namun semuanya sirna gara-gara ana dipatok ayam, sakit sekali…!!
Disitulah perlahan-lahan ana mulai sadar bahwa yang ana jalani adalah sesat dan menyesatkan.

Awalnya (sekitar 12 tahun yang lalu), ana ingin menguji ilmu tenaga dalam yang telah ana dapatkan dari guru ana, seorang Kyai besar yang telah menyesatkan ana. Aliran kebatinan dan tenaga dalam yang ana ikuti bermuara kpd tariqat Al Qadiriyah (nisbat kepada Syaikh Abdul Qadir al Jailani). Bertahun-tahun ana terperosok dalam tariqat tersebut. Saksi-saksinya masih ada sampai sekarang, dari orangtua, adik ana sampai teman-teman dekat ana (kalau tidak percaya bisa tanya ke mereka). Setelah ana diisi ilmu tenaga dalam, ana sempat diuji dengan pedang dan golok yang sangat tajam sekali dengan memukulkannya ke kulit ana dengan keras dan mengoyaknya, namun tidak melukai tubuh ana. Ana juga disuruh berwudhu dengan air keras, dan tidak terjadi sesuatu yang memudharatkan pada diri ana, padahal uang logam saja melebur tatkala dimasukkan ke dalam air tersebut, serta ujian-ujian lainnya. Setelah ana merasa yakin akan ilmu yang telah ana miliki, ana pun penasaran ingin menguji sendiri secara diam-diam. Hingga akhirnya ana mendapat ide untuk mengujinya ke seekor ayam jago.

Waktu itu di daerah ana terdapat seekor ayam jago yang terkenal galak sekali dan sering menggangu dan mematuk orang-orang, sehingga banyak orang yang takut mendekati ayam tsb. Ayam tersebut cocok untuk dijadikan sasaran dari ilmu tenaga dalam yang telah ana miliki. Terhadap ayam itu, ana mencoba mengeluarkan ilmu kebal dari serangan musuh (yaitu ayam) yang kemudian ayam tersebut akan ana serang dengan hentakan jarak jauh sehingga kemungkinan besar ayam tersebut akan terpental jauh akibat hentakan yang ana keluarkan.  Akhirnya ana dekati perlahan-lahan ayam tersebut, sambil menantang maut. Setelah dekat, barulah ayam tersebut ana ganggu biar marah. Ayam itu pun marah, dan ambil kuda-kuda untuk siap-siap menyerang ana. Ana juga mempersiapkan kuda-kuda sambil tarik nafas dalam-dalam dan siap untuk mengeluarkan ilmu yang ana miliki. Ketika jarak ana dengan ayam itu sudah sangat dekat, ana hentakkan tenaga dalam yang ada dalam diri ana ke arah ayam itu, dengan harapan ayam itu akan terhentak dan terpental jauh akibat dari tenaga dalam yang ana keluarkan (mirip sekali dengan adegan yang di pilem2 pendekar atau dragon ball). Tapi ternyata…tenaga dalam yang ana keluarkan tidak mempan terhadap ayam itu. Ayam itu tetap berlari menuju ana dan semakin mendekati ana hingga akhirnya ayam itu berhasil mematuk kaki ana dengan sangat keras. Spontan ana kesakitan, tapi ayam itu tetap terus mematuk-matuk kaki ana hingga akhirnya ana berhasil mengeluarkan jurus terakhir, yaitu jurus kaki seribu (kabuurrr….!!).
Itulah awal penyebab ana keluar dari aliran yang menyesatkan. Kenapa bisa mempan dipatuk ayam? padahal ketika dicoba dengan senjata tajam, air keras tidak mempan ke ana?

Setelah ana kabur dari ayam itu, ana mulai berpikir, apa hikmah dari kejadian ini? Kejadian tersebut ana ceritakan kepada guru ana. Guru ana dengan ringannya menjawab, “Berarti kamu lagi sial hari itu”. Ana bertanya lagi, “Bagaimana cara mengetahui sial tidaknya kita pada hari itu?” Guru ana menjawab, “Tidak bisa diketahui, hanya Allah yang tahu.” Ana bertanya dalam hati (karena tidak berani banyak bertanya pada sang guru, apalagi membantah dan mengkritisi), “Kalau tidak bisa diketahui sial tidaknya kita pada hari itu dan hanya Allah yang mengetahui, untuk apa ana bersusah payah mempelajari ilmu-ilmu seperti ini? Toh nanti jika ilmu ini tidak bermanfaat, maka alasannya pasti kamu sedang sial. Bagaimana kalau sialnya setiap hari? Berarti ilmu ini tidak ada manfaatnya?!”

Ya, itu menunjukkan bahwa semua itu tidak ada manfaatnya, bahkan menyelisihi ajaran Islam. Seandainya hal tersebut memiliki manfaat, niscaya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat-sahabatnya pasti akan melakukannya. Tapi kenyataannya tidak. Giginya Rasulullah pernah patah dan berdarah akibat terkena lemparan batu saat berjihad di perang Uhud. Kakinya Rasulullah juga pernah cidera karena jatuh dari kuda. Umar bin Khatthab tewas akibat ditikam dengan senjata tajam, begitu juga Utsman, Ali, dan banyak sahabat yang mati syahid karena berjihad.

Guru ana adalah seorang kyai besar dan terkenal di daerahnya, yaitu Kemang jakarta. Setiap hari banyak didatangi orang dari mana-mana. Dan ana termasuk salah seorang murid yang dekat dengannya.
Setelah ana taubat, buku-buku dan catatan-catatan yang pernah ana miliki dari belajar ilmu tenaga dalam dan kebatinan, ana bakar semua, karena di dalamnya banyak terdapat mantra-mantra atau wirid/hizib untuk sihir (seperti untuk pengasihan, kebal, hipnotis, dan khasiat-khasiat lainnya). Begitu juga jimat-jimat yang sempat ana miliki, ana buang ke sungai dan dibakar habis. Tidak ada yang tersisa semuanya.

Adapun untuk amalan-amalan seperti bacaan atau wiridan yang harus diamalkan setiap harinya (wiridan yang ana baca waktu itu minimal 2 jam perhari, non stop. Pemanasannya dengan cara kirim Al Faithah ke banyak tujuan, ke Nabi, Sahabat, Wali, ulama, sampai ke para malaikat. Bahkan kalau sedang mengamalkan sebuah ilmu, ada tambahan wiridan yang jumlahnya sangat banyak, bisa mencapai ribuan, seperti membaca surat al ikhlas atau ayat kursi setiap hari 5000x dalam keadaan puasa), semua amalan2 seperti itu ana tinggalkan begitu saja dan tidak pernah amalkan sampai sekarang.

Alhamdulillah, akhirnya semuanya hilang dengan sendirinya. Tidak ada efek dan akibat sama sekali dari apa yang pernah ana amalkan.  Semoga Allah senantiasa memberi kita hidayah-Nya.

Oleh : Abu Fahd Negara Tauhid

____________________
Sumber: http://gizanherbal.wordpress.com/

0 komentar: